Jumat, 26 November 2010

KAITAN ANTARA MOTIVASI INDIVIDU DAN TUJUAN KELOMPOK



Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi. Disamping itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Jelaslah bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat, maka karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya dan mereka akan meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, maka kepentingan-kepentingan pribadinya akan terpelihara pula.

Sumber : wordpress.com

TUJUAN KELOMPOK

Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama.

a. Kebutuhan Dasar Individu
Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental dan yang terpenting.

b. Minat Kelompok
Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan. Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia, sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama.

c. Nilai-Nilai
Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang “mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok


sumber:
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/&file=KONSEP%20KELOMPOKx.pdf

TEORI-TEORI MOTIVASI

Teori Kebutuhan
            tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland

a.  Satisfaction of Needs Theory (Maslow)
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.

b. Motivation Maintenance Theory (Herzberg)
Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.
Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins,2001:170).
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

c. Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
David McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

Sumber :  wordpress.com
               Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI

1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
Soleh Purnomo (2004:37) menyatakan ada tiga faktor sebagai sumber motivasi yaitu:
  1. kemungkinan untuk berkembang
  2. jenis pekerjaan
  3. apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagi dari perusahaan tempat mereka bekerja
Sedangkan Sunarti (2003:22) menyatakan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi yaitu:
  1. perbedaan karakteristik individu
  2.  perbedaan karakteristik pekerjaan
  3.  perbedaan karakteristik lingkungan kerja
sumber : wordpress.com
               Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

PENGERTIAN MOTIVASI

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004:36) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Sumber : wordpress.com

Sabtu, 20 November 2010

KOHESIVITAS DAN PRODUKTIVITAS

Stanley Schachter meneliti efek kohesivitas kelompok dan induksi (atau pengaruhnya) terhadap produktivitas pada kondisi yang sangat terkontrol. Kohesivitas didefinisikan sebagai hasil rata-rata tindakan paksaan pada anggota dalam kelompok. Melalui manipulasi kohesivitas dan induksi, penelitian kelompok lanjutan terbentuk:
1. Kohesivitas tinggi, induksi positif
2. Kohesivitas rendah, induksi positif
3. Kohesivitas tinggi, induksi negatif
4. Kohesivitas rendah, induksi negatif
 
Faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan kohesivitas kelompok.
Faktor yang meningkatkan kohesivitas kelompok:
* Kesepakatan tujuan kelompok
* Frekuensi interaksi
* Ketertarikan pribadi
* Kompetisi antar kelompok
* Evaluasi berdasarkan keinginan pribadi
 
Faktor yang menurunkan kohesivitas:
Ketidaksepakatan tujuan kelompok
Jumlah anggota yang besar
Pengalaman tidak menyenangkan
Kompetisi antaranggota kelompok
Dominasi oleh salah satu anggota atau lebih
 

KOHESIVITAS DAN PENGARUH SOSIAL

Pengaruh sosial (social influence) adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku orang lain. Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social, yaitu: konformitas (conformity), kesepakatan (compliance), kepatuhan (obedience), dan indoktrinasi insentif (intense indoctrination).
Terbentuknya berbagai kelompok dalam kehidupan manusia merupakan wujud dari hakikat manusia, khususnya dari dimensi kesosialannya. Manusia adalah makhluk sosial tang tak mungkin dapat hidup berkembang secara layak apabila ia hidup sendiri dan menyendiri. Oleh akrna itulah, manusia berkelompok atau membentuk sebuah kelompok untuk hidup bersama dan berkumpul.
Kelompok pada dasarnya dimuali dari berkumpulnya sejumlah orang. Orang-orang ini menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok. Tetapi perlu diingat bahwa orang yang berkumpul dalam sebuah ruangan dan berjumlah besar tidak dapat dikatakan sebagai kelompok dikarenakan tidak adanya kesepakatan atau konsensus dalam mencapai sebuah tujuan atau tepatnya menjunjung suatu atau beberapa kualitas.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih dahulu kepada mereka diberitahukan tujuan yang akan dicapai.

KOHESIVITAS DAN INTERAKSI

  • Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas kelompok (group activity) dengan kohesivitas. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas kelompok yang efektif, maka akan terbentuk  kohesivitas kelompok.
  • Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi kelompok  (group interaction) dengan  kohesivitas kelompok. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar anggota yang terus menerus, maka akan membentuk kohesivitas kelompok.
  • Terdapat hubungan yang signifikan antara perasaan kelompok (group sentiment) dengan kohesivitas kelompok. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan positif antar anggota, maka mempengaruhui terbentuknya kohesivitas kelompok.
Hubungan antar kelompok adalah interaksi sosial antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk. Hubungan ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain dimensi sejarah, sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar kelompok ini, yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan ageisme.

KOHESIVITAS

Pengertian Kohesivitas
            Menurut Collins dan Raven (1964) kohesivitas adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
            Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok.
            Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
ketertarikan satu sama lain secara interpersonal
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya

Jumat, 12 November 2010

PENGERTIAN GROUPTHINK

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
 Groupthink adalah istilah yang diciptakan oleh psikolog sosial Irving Janis (1972), terjadi ketika sebuah kelompok atau individu membuat keputusan yang salah karena tekanan kelompok mengarah ke penurunan "efisiensi mental, tes realitas, dan moral penghakiman".
Janis memberikan definisi berikut groupthink: 
 Sebuah cara berpikir bahwa orang-orang terlibat dalam ketika mereka sangat terlibat dalam sebuah kelompok kohesif, ketika para anggota 'hasrat untuk kebulatan suara menimpa motivasi mereka untuk secara realistis menilai program alternatif tindakan.
 Groupthink adalah efek samping dari kekompakan dalam kelompok, telah dibahas oleh Lewin pada tahun 1930.   Ini merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam proses pengambilan, seperti lokakarya, rapat, konferensi, komite, dll

Sumber : 1. Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
               2. www.softpanorama.org

GEJALA GROUPTHINK

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
* Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai  mempengaruhi kesepakatan kelompok
* Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Sedangkan menurut Irving Janis (1972) ada delapan gejala dalam groupthink, diantaranya :
  • Memiliki ilusi kekebalan
  • Keputusan rasionalisasi miskin
  • Percaya dalam moralitas kelompok
  • Berbagi stereotip yang membimbing keputusan
  • Berolahraga langsung tekanan pada orang lain
  • Tidak mengekspresikan perasaan sejati Anda
  • Mempertahankan suatu ilusi kebulatan suara
  • Menggunakan mindguards untuk melindungi kelompok dari informasi negatif

Sumber :   1.  Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
    1. Small Group Communication

PENCEGAHAN ATAU SOLUSI DALAM GROUPTHINK

Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I         : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin  terbaik
Tahap II    : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat daftar
Tahap III  : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV   : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V     : mematuhi keputusan yang diambil

Beberapa solusi dalam groupthink, antara lain:
  • Menggunakan kelompok pembentuk kebijakan yang bertanggung jawab kepada kelompok yang lebih besar
  • Setelah pemimpin tetap tidak memihak
  • Menggunakan kelompok kebijakan yang berbeda untuk tugas yang berbeda
  • Membagi ke dalam kelompok dan kemudian mendiskusikan perbedaan
  • Membahas dalam sub-kelompok dan kemudian melaporkan kembali
  • untuk menawarkan satu kesempatan terakhir untuk memilih lain tindakan
Sumber :   1.  Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
    1. Small Group Communication

TEORI GROUPTHINK

Teori groupthink adalah teori yang heuristic yaitu, teori dengan elemen yang telah banyak digunakan dalam kajian dan telah mendapat banyak perhatian dari banyak ilmuan komunikasi dan psikologi social (misalnya Cline, 1990; Courtright, 1978; Pavvit & Jhonson, 2002; Turner & Pratkanis, 1998; Yetiv, 2003). Teori ini telah menghasilkan beberapa asumsi mengenai perilaku kelompok dan groupthink tetap menjadi bagian yang penting dari literatur mengenai pengambilan keputusan dalam kelompok (Aldagg & Riggs Fuller, 1998)

Sumber : West, R. & Turner, L. H. (2003). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan    Aplikasi. Edisi ke-3. Jakarta : Salemba Humanika

Teori Perilaku Kolektif

Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya.
Tipe kolektif dibagi menjadi :
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

TEORI DEINDIVIDUASI

Kondisi
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru, penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness
      
Lost of self – regulation
- self monitoring
- gagal memperhatikan norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:
- tdk dibawah kendali stimulus
- melawan norma
- pleasurable

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

PENGERTIAN DEINDIVIDUASI

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri ( self awareness ) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anominitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepilone, & newcomb, 1952).
Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan  agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya.  Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.

Jumat, 05 November 2010

NORMING

Ini adalah fase di mana tim benar-benar mulai berfungsi dan bekerja sama sebagai sebuah tim. Individu mulai saling memahami kebiasaan orang lain bekerja, etika dan segalanya tampak jauh lebih alami. Tanggung jawab dan peran yang jauh lebih jelas, harapan yang ditetapkan, dan kolaborasi dalam perjalanan kebanyakan orang yang akrab dengan ini dan seringkali kita lihat sebagai berada dalam sebuah "zona."
Tim ini berhasil memiliki satu tujuan dan datang ke sebuah rencana bersama pada tahap ini. Beberapa harus memberikan ide-ide mereka sendiri dan setuju dengan orang lain dalam rangka untuk membuat fungsi tim. Pada tahap ini, semua anggota tim mengambil tanggung jawab dan memiliki ambisi untuk bekerja untuk keberhasilan tujuan tim.

PERFORMING


Tim ini lebih sadar, mengetahui dengan jelas mengapa melakukan apa yang dilakukannya. Tim ini memiliki visi bersama dan mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa campur tangan atau partisipasi dari pemimpin. Ada fokus pada mencapai tujuan di atas, dan tim yang membuat sebagian besar keputusan terhadap kriteria setuju dengan pemimpin. Tim ini memiliki tingkat otonomi yang tinggi tapi ketidaksepakatan terjadi sekarang mereka diselesaikan dalam tim positif dan perubahan yang diperlukan untuk proses dan struktur yang dibuat oleh tim. Tim ini dapat bekerja untuk mencapai tujuan, dan juga untuk menghadiri, gaya dan proses masalah hubungan sepanjang jalan. Anggota tim saling menjaga. Tim ini membutuhkan tugas didelegasikan dan proyek dari pemimpin. Tim tidak perlu harus diinstruksikan atau dibantu. Anggota tim mungkin akan meminta bantuan dari pemimpin dan interpersonal dengan pengembangan pribadi. Pemimpin delegasi dan mengawasi.