Jumat, 26 November 2010

KAITAN ANTARA MOTIVASI INDIVIDU DAN TUJUAN KELOMPOK



Pada dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi. Disamping itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Jelaslah bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat, maka karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya dan mereka akan meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, maka kepentingan-kepentingan pribadinya akan terpelihara pula.

Sumber : wordpress.com

TUJUAN KELOMPOK

Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama.

a. Kebutuhan Dasar Individu
Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling fundamental dan yang terpenting.

b. Minat Kelompok
Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan. Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia, sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki sikap-sikap yang sama.

c. Nilai-Nilai
Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang “mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok


sumber:
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/194505031971091%20-%20MUHAMMAD%20KOSIM%20SIRODJUDIN/&file=KONSEP%20KELOMPOKx.pdf

TEORI-TEORI MOTIVASI

Teori Kebutuhan
            tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland

a.  Satisfaction of Needs Theory (Maslow)
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.

b. Motivation Maintenance Theory (Herzberg)
Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.
Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins,2001:170).
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

c. Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
David McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

Sumber :  wordpress.com
               Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI

1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
Soleh Purnomo (2004:37) menyatakan ada tiga faktor sebagai sumber motivasi yaitu:
  1. kemungkinan untuk berkembang
  2. jenis pekerjaan
  3. apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagi dari perusahaan tempat mereka bekerja
Sedangkan Sunarti (2003:22) menyatakan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi yaitu:
  1. perbedaan karakteristik individu
  2.  perbedaan karakteristik pekerjaan
  3.  perbedaan karakteristik lingkungan kerja
sumber : wordpress.com
               Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

PENGERTIAN MOTIVASI

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004:36) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Sumber : wordpress.com

Sabtu, 20 November 2010

KOHESIVITAS DAN PRODUKTIVITAS

Stanley Schachter meneliti efek kohesivitas kelompok dan induksi (atau pengaruhnya) terhadap produktivitas pada kondisi yang sangat terkontrol. Kohesivitas didefinisikan sebagai hasil rata-rata tindakan paksaan pada anggota dalam kelompok. Melalui manipulasi kohesivitas dan induksi, penelitian kelompok lanjutan terbentuk:
1. Kohesivitas tinggi, induksi positif
2. Kohesivitas rendah, induksi positif
3. Kohesivitas tinggi, induksi negatif
4. Kohesivitas rendah, induksi negatif
 
Faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan kohesivitas kelompok.
Faktor yang meningkatkan kohesivitas kelompok:
* Kesepakatan tujuan kelompok
* Frekuensi interaksi
* Ketertarikan pribadi
* Kompetisi antar kelompok
* Evaluasi berdasarkan keinginan pribadi
 
Faktor yang menurunkan kohesivitas:
Ketidaksepakatan tujuan kelompok
Jumlah anggota yang besar
Pengalaman tidak menyenangkan
Kompetisi antaranggota kelompok
Dominasi oleh salah satu anggota atau lebih
 

KOHESIVITAS DAN PENGARUH SOSIAL

Pengaruh sosial (social influence) adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku orang lain. Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social, yaitu: konformitas (conformity), kesepakatan (compliance), kepatuhan (obedience), dan indoktrinasi insentif (intense indoctrination).
Terbentuknya berbagai kelompok dalam kehidupan manusia merupakan wujud dari hakikat manusia, khususnya dari dimensi kesosialannya. Manusia adalah makhluk sosial tang tak mungkin dapat hidup berkembang secara layak apabila ia hidup sendiri dan menyendiri. Oleh akrna itulah, manusia berkelompok atau membentuk sebuah kelompok untuk hidup bersama dan berkumpul.
Kelompok pada dasarnya dimuali dari berkumpulnya sejumlah orang. Orang-orang ini menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok. Tetapi perlu diingat bahwa orang yang berkumpul dalam sebuah ruangan dan berjumlah besar tidak dapat dikatakan sebagai kelompok dikarenakan tidak adanya kesepakatan atau konsensus dalam mencapai sebuah tujuan atau tepatnya menjunjung suatu atau beberapa kualitas.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih dahulu kepada mereka diberitahukan tujuan yang akan dicapai.

KOHESIVITAS DAN INTERAKSI

  • Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas kelompok (group activity) dengan kohesivitas. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas kelompok yang efektif, maka akan terbentuk  kohesivitas kelompok.
  • Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi kelompok  (group interaction) dengan  kohesivitas kelompok. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar anggota yang terus menerus, maka akan membentuk kohesivitas kelompok.
  • Terdapat hubungan yang signifikan antara perasaan kelompok (group sentiment) dengan kohesivitas kelompok. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan positif antar anggota, maka mempengaruhui terbentuknya kohesivitas kelompok.
Hubungan antar kelompok adalah interaksi sosial antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk. Hubungan ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain dimensi sejarah, sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar kelompok ini, yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan ageisme.

KOHESIVITAS

Pengertian Kohesivitas
            Menurut Collins dan Raven (1964) kohesivitas adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
            Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok.
            Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
ketertarikan satu sama lain secara interpersonal
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya

Jumat, 12 November 2010

PENGERTIAN GROUPTHINK

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
 Groupthink adalah istilah yang diciptakan oleh psikolog sosial Irving Janis (1972), terjadi ketika sebuah kelompok atau individu membuat keputusan yang salah karena tekanan kelompok mengarah ke penurunan "efisiensi mental, tes realitas, dan moral penghakiman".
Janis memberikan definisi berikut groupthink: 
 Sebuah cara berpikir bahwa orang-orang terlibat dalam ketika mereka sangat terlibat dalam sebuah kelompok kohesif, ketika para anggota 'hasrat untuk kebulatan suara menimpa motivasi mereka untuk secara realistis menilai program alternatif tindakan.
 Groupthink adalah efek samping dari kekompakan dalam kelompok, telah dibahas oleh Lewin pada tahun 1930.   Ini merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam proses pengambilan, seperti lokakarya, rapat, konferensi, komite, dll

Sumber : 1. Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
               2. www.softpanorama.org

GEJALA GROUPTHINK

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
* Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai  mempengaruhi kesepakatan kelompok
* Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Sedangkan menurut Irving Janis (1972) ada delapan gejala dalam groupthink, diantaranya :
  • Memiliki ilusi kekebalan
  • Keputusan rasionalisasi miskin
  • Percaya dalam moralitas kelompok
  • Berbagi stereotip yang membimbing keputusan
  • Berolahraga langsung tekanan pada orang lain
  • Tidak mengekspresikan perasaan sejati Anda
  • Mempertahankan suatu ilusi kebulatan suara
  • Menggunakan mindguards untuk melindungi kelompok dari informasi negatif

Sumber :   1.  Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
    1. Small Group Communication

PENCEGAHAN ATAU SOLUSI DALAM GROUPTHINK

Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I         : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin  terbaik
Tahap II    : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat daftar
Tahap III  : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV   : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V     : mematuhi keputusan yang diambil

Beberapa solusi dalam groupthink, antara lain:
  • Menggunakan kelompok pembentuk kebijakan yang bertanggung jawab kepada kelompok yang lebih besar
  • Setelah pemimpin tetap tidak memihak
  • Menggunakan kelompok kebijakan yang berbeda untuk tugas yang berbeda
  • Membagi ke dalam kelompok dan kemudian mendiskusikan perbedaan
  • Membahas dalam sub-kelompok dan kemudian melaporkan kembali
  • untuk menawarkan satu kesempatan terakhir untuk memilih lain tindakan
Sumber :   1.  Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi
    1. Small Group Communication

TEORI GROUPTHINK

Teori groupthink adalah teori yang heuristic yaitu, teori dengan elemen yang telah banyak digunakan dalam kajian dan telah mendapat banyak perhatian dari banyak ilmuan komunikasi dan psikologi social (misalnya Cline, 1990; Courtright, 1978; Pavvit & Jhonson, 2002; Turner & Pratkanis, 1998; Yetiv, 2003). Teori ini telah menghasilkan beberapa asumsi mengenai perilaku kelompok dan groupthink tetap menjadi bagian yang penting dari literatur mengenai pengambilan keputusan dalam kelompok (Aldagg & Riggs Fuller, 1998)

Sumber : West, R. & Turner, L. H. (2003). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan    Aplikasi. Edisi ke-3. Jakarta : Salemba Humanika

Teori Perilaku Kolektif

Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya.
Tipe kolektif dibagi menjadi :
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

TEORI DEINDIVIDUASI

Kondisi
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru, penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness
      
Lost of self – regulation
- self monitoring
- gagal memperhatikan norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:
- tdk dibawah kendali stimulus
- melawan norma
- pleasurable

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, Klara Innata Arishanti, S.Psi

PENGERTIAN DEINDIVIDUASI

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri ( self awareness ) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anominitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepilone, & newcomb, 1952).
Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan  agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya.  Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.

Jumat, 05 November 2010

NORMING

Ini adalah fase di mana tim benar-benar mulai berfungsi dan bekerja sama sebagai sebuah tim. Individu mulai saling memahami kebiasaan orang lain bekerja, etika dan segalanya tampak jauh lebih alami. Tanggung jawab dan peran yang jauh lebih jelas, harapan yang ditetapkan, dan kolaborasi dalam perjalanan kebanyakan orang yang akrab dengan ini dan seringkali kita lihat sebagai berada dalam sebuah "zona."
Tim ini berhasil memiliki satu tujuan dan datang ke sebuah rencana bersama pada tahap ini. Beberapa harus memberikan ide-ide mereka sendiri dan setuju dengan orang lain dalam rangka untuk membuat fungsi tim. Pada tahap ini, semua anggota tim mengambil tanggung jawab dan memiliki ambisi untuk bekerja untuk keberhasilan tujuan tim.

PERFORMING


Tim ini lebih sadar, mengetahui dengan jelas mengapa melakukan apa yang dilakukannya. Tim ini memiliki visi bersama dan mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa campur tangan atau partisipasi dari pemimpin. Ada fokus pada mencapai tujuan di atas, dan tim yang membuat sebagian besar keputusan terhadap kriteria setuju dengan pemimpin. Tim ini memiliki tingkat otonomi yang tinggi tapi ketidaksepakatan terjadi sekarang mereka diselesaikan dalam tim positif dan perubahan yang diperlukan untuk proses dan struktur yang dibuat oleh tim. Tim ini dapat bekerja untuk mencapai tujuan, dan juga untuk menghadiri, gaya dan proses masalah hubungan sepanjang jalan. Anggota tim saling menjaga. Tim ini membutuhkan tugas didelegasikan dan proyek dari pemimpin. Tim tidak perlu harus diinstruksikan atau dibantu. Anggota tim mungkin akan meminta bantuan dari pemimpin dan interpersonal dengan pengembangan pribadi. Pemimpin delegasi dan mengawasi.

Sabtu, 30 Oktober 2010

STORMING (Konflik dalam Kelompok)

Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok
yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
Tahap storming diperlukan untuk pertumbuhan tim. Hal ini dapat diperdebatkan, tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan untuk anggota tim yang menolak untuk konflik. Toleransi setiap anggota tim dan perbedaan mereka harus ditekankan. Tanpa toleransi dan kesabaran tim akan gagal. Fase ini bisa menjadi merusak tim dan akan menurunkan motivasi jika diizinkan untuk keluar dari kontrol. Beberapa tim tidak akan mengembangkan melewati tahap ini.
Pengawas tim selama fase ini mungkin lebih mudah diakses, tetapi cenderung tetap patokan dalam bimbingan pengambilan keputusan dan perilaku profesional. Anggota tim itu akan menyelesaikan perbedaan mereka dan anggota akan dapat berpartisipasi dengan satu sama lain lebih nyaman, yang ideal adalah bahwa mereka tidak akan merasa bahwa mereka sedang dihakimi, dan karena itu akan berbagi pendapat dan pandangan.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bias saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Tahap-tahap perkembangan konflik:

1. Disagreement
perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
minor

2. Confrontation
dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)
dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Escalation
pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka
memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation
berkurang atau menurunnya konflik anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.

Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya

5. Conflict Resolution
tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya.

Penyebab Konflik

Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konsepsual Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu:
  1. Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai.
  2. Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai.
  3. Ketidak tepatan status suatu masalah.
  4. Perbedaan persepsi.
Di dalam organisasi terdapat empat bidang struktural, dan di bidang itulah konflik sering terjadi, yaitu:
  • Konflik hirarkis, adalah konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
  • Konflik fugsional, adalah konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
  • Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf.
  • Konflik formal-informal, adalah konflik antara organisasi formal dengan organisasi informal.

Faktor penyebab konflik

  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

Sumber : wikipedia dan wartawarga

FORMING

Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.

I.              TAHAP FORMING
A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu.

Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain.
Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
2. Transferen
bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan
individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.

B. Pandangan Sosiobiologi
Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk
memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis. Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.

D. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost
→ minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar besarnya dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).

Sumber : wikipedia

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

Psikolog Bruce Tuckman pertama kali datang dengan kalimat berkesan "forming, storming, norma dan melakukan" kembali pada tahun 1965, yang berpendapat bahwa tahapan ini semua diperlukan dan tak terelakkan dalam rangka tim untuk tumbuh, untuk menghadapi tantangan, untuk mengatasi masalah , untuk menemukan solusi, untuk rencana kerja, dan untuk memberikan hasil. Model ini telah menjadi dasar untuk model berikutnya.

Adapun tahapan-tahapan proses dasar yang terjadi dalam psokologi kelompok terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
1. Tahapan Forming
2. Tahapan Storming : konflik dalam kelompok
3. Tahapan Norming : pembentukan struktur kelompok
4. Tahapan Performing : Berkerja sama dalam kelompok

Sumber : wikipedia

Selasa, 19 Oktober 2010

Jenis, penyebab dan dinamika gerakan massa

Banyak teori yang mengupas tentang struktur pribadi manusia, salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Freud menyatakan bahwa struktur pribadi manusia itu terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Das Es atau The Id yaitu berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada dasarnya itu semua membutuhkan pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
b. Das Ich atau The Ego, yaitu merupakan sinsor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, teruatama dengan norma-norma yang ada, di sini berfungsinya pikiran.
c. Das Uber Ich atau The Super Ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Bila das es mau keluar, tetapi tidak diperbolehkan oleh das ich karena tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka dorongan-dorongan/ das es kemudian ditekan masuk dalam kompleks tersedak, masuk dalam bawah sadar. Apa yang masuk dalam kompleks tidak mai, tidak hilang, tetapi dalam keadaan laten kompleks terdesak ke permukaan. Ke alam sadar pemunculan tersebut terjadi bila sensor yaitu das ich dalam keadaan tidak aktif atau kurang baik berfungsinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma atau aturan-aturan tertentu, yang merupakan pedoman-pedoman atau batasan-batasan yang membatasi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Maka dengan adanya norma-norma tersebut, sebagai anggota masyarakat baik tidak dapat berbuat seenaknya. Jadi ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menghalangi dorongan-dorongan yang ingin mendapat pemuasan, karena the ego yang berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Aras dasar uaraian tersebut di atas, dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya. Yaitu orang bertindak dalam massa adalah berdasarkan atas dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan dan sebagainya yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu, bila banyak hal yang ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul di permukaan bila keadaan memungkinkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diambil langkah-langkah untuk pencegahannya yaitu sebagai berikut:
1) Menghindari hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan kekecewaan/ frustasi karena hal tersebut dapat menyebabkan sumber terjadinya massa aktif.
2) Menampung pendapat-pendapat yang ada permasalahan agar dapat segera diatasi.
3) Sebagai pemimpin yang baik harus dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya, sebab pemimpin adalah sebagai tempat identifikasi dari yang dipimpinnya.
4) Sebagai seorang pemimpin sebaiknya bila memberikan janji-janji maka haruslah ditepati, jika tidak dapat menepati janji maka jangan memberikan janji agar tidak menimbulkan frustasi.
Tetapi apabila telah terjadi gerakan massa (massa aktif) maka pimpinan yang dikehendaki adalah pimpinan yang tegas, tidak ragu-ragu dan berani bertindak. Pimpinan yang ragu-ragu akan membuat massa menjadi kacau dan kehilangan arah, karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa barang siapa yang berani muncul di tengah-tengah massa, maka dialah yang akan memegang massa itu.

sumber:http://adibuluk.blogspot.com/2010/10/jenispenyebabdinamika-gerakan-massa.html

Massa Pasif & Massa Aktif

Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.


http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Massa Abstrak & Massa Konkrit

Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1) Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
2) Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3) Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

Pengertian Massa

Secara umum massa diartikan sebagai orang yang tidak saling mengenal,
berjumlah banyak, anggotanya heterogen, berkumpul di suatu tempat dan
tidak individualistis. Massa memiliki kesadaran diri yang rendah,
tidak dapat bergerak dengan terorganisir, tidak bertindak untuk
dirinya sendiri melainkan terdapat “dalang” di belakangnya yang
berfungsi memanipulasi mereka. Ini berbeda pengertiannya bila
dikaitkan dengan ilmu komunikasi. Massa dalam komunikasi lebih
merujuk pada penerima pesan media massa atau disebut audience.

Selasa, 12 Oktober 2010

Ketertarikan Interpersonal

Setiap pribadi adalah sesuatu yang unik dan sangat sulit di imitasi, setiap individu pun tertarik pada hal-hal yang berbeda-beda termasuk juga pada individu lainnya, dan pada saat yang sama juga menarik individu lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ketertarikan ini, tetapi secara umum ada empat determinan yang menimbulkan daya tarik antar pribadi: daya tarik fisik, kedekatan, keakraban,  kemiripan dan perbedaan yang saling melengkapi.

Daya tarik fisik
Daya tarik fisik memiliki persentase yang dominan dalam ketertarikan interpersoal.Tetapi penelitian telah menunjukan bahwa daya tarik fisik memang berpengaruh. Pada sebuah eksperimen dimana mahasiswa dan mahasiswi dipasangkan dengan acak pada suatu “acara dansa” lalu pada pertengahan mereka mengisi kuisoner anonim yang menilai teman dansanya. Sebelumnya, peneliti telah melakukan beberapa tes kepribadian untuk setiap orang serta penilaian independen tentang daya tarik fisiknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya daya tarik fisik yang memiliki peranan dalam berapa besar seseorang disukai pasangan dansanya, tidak ada satupun parameter intelegensi, kecakapan sosial atau kepribadian yang diasosiasikan dengan kesukaan satu sama lain. Penelitian lainnya meminta seorang subjek wanita membaca deksripsi tindakan agresif seorang anak disertai dengan foto anak yang menarik dan tidak menarik, subjek percaya bahwa anak yang menarik lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan agresif itu dibanding anak yang tidak menarik. Dunia memang tidak adil… tetapi untungnya kekuatan daya tarik fisik akan melemah jika yang dicari adalah hubungan jangka panjang.

Kedekatan
Kedekatan disini dalam arti dekat secara fisik/lingkungan. berbeda dengan keakraban yang dijelaskan setelah ini. Suatu penelitian terhadap 5000 buku nikah di philadelphia pada tahun 1930 menunjukan bahwa sepertiga pasangan tinggal dalam jarak hanya 5 blok satu sama lain. Sayangnya kedekatan hanya membantu pada reaksi awal saja. Hal ini dapat menjelaskan kasus tetangga yang saling membenci dikarenakan proses reaksi awalnya yang tidak baik, tetapi walaupun begitu kedekatan yang terjadi terus-menerus dapat meningkatan hubungan menjadi persahabatan. Jika anda salah satu yang percaya bahwa ada seseorang yang menunggu anda di luar sana, bisa saja orang itu ada di dekat anda.

Keakraban
Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat menciptakan rasa suka karena meningkatkan keakraban. Efek keakraban menimbulkan ketertarikan adalah fenomena yang sangat umum, sebuah penelitian tentang efek keakraban dilakukan dengan mengambil foto seorang mahasiswi lalu mencetak wajah asli dan bayangan cerminnya lalu diperlihatkan kepada mahasiswi tersebut dan teman-teman dekatnya. Mahasiswi itu lebih menyukai foto cerminnya sementara hasil yang terbalik terjadi pada teman-temannya. Ini dikarenakan mahasiswi itu lebih sering melihat wajah “cerminnya” sementara teman-temannya melihat wajah “aslinya”.

Kemiripan
Sering ada yang bilang bahwa orang yang berlawanan menimbulkan daya tarik. Tetapi ada yang dilupakan ketika orang mengatakan,”saya bekerja dibelakang meja dan dia pekerja lapangan”, “saya orang IT dan dia sejarahwan”. Mereka lupa bahwa mereka adalah pekerja profesional, mereka memiliki kebangsaan yang sama, tingkat pendidikan yang sama, agama, kelas sosial, usia, dan intelegensi yang hanya berbeda beberapa point. Jadi anda salah jika hanya melihat 1 atau 2 perbedaan dan menghilangkan persamaan yang begitu banyak, lalu menyimpulkan bahwa perbedaanlah yang menyatukan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa 99 persen pernikahan di amerika adalah dari ras yang sama. Salah satu alasan mengapa kemiripan dapat menghasilkan rasa suka karena orang lebih menghargai opini dan pilihan mereka sendiri dan senang bersama orang yang mengabsahkan pilihannya. Walaupun demikian, kepribadian yang berlawanan dapat juga menarik jika saling melengkapi (komplementer) misalnya: orang yang dominan akan lebih menyukai pasangan yang seringnya mengalah.
Perbedaan yang saling melengkapi akan membuat interaksi kedua individu lebih dekat,dan merasa sempurna atas adanya pelengkap di atas kekurangan.

Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok.
Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:
- dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati
- mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat dicapai
- anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan
- adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan kelompok
- bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya
- adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok
- berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok


wordpress.com

Organisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Organisasi (Yunani: ργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama.
Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).

Definisi

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
*       Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
*       James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
*       Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
*       Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Unsur-unsur

Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi:
  1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
  2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
  3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.

Jenis-jenis

Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
  1. Pikiran (psychological participation)
  2. Tenaga (physical partisipation)
  3. Pikiran dan tenaga
  4. Keahlian
  5. Barang
  6. Uang

Syarat-syarat

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .
*       Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta.
*       Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif.
*       Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
*       Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.
*       Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
*       Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
*       Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.

Bentuk-bentuk organisasi

  1. Organisasi politik
  2. Organisasi sosial
  3. Organisasi mahasiswa
  4. Organisasi olahraga
  5. Organisasi sekolah
  6. Organisasi negara