Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok
yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
Tahap storming diperlukan untuk pertumbuhan tim. Hal ini dapat diperdebatkan, tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan untuk anggota tim yang menolak untuk konflik. Toleransi setiap anggota tim dan perbedaan mereka harus ditekankan. Tanpa toleransi dan kesabaran tim akan gagal. Fase ini bisa menjadi merusak tim dan akan menurunkan motivasi jika diizinkan untuk keluar dari kontrol. Beberapa tim tidak akan mengembangkan melewati tahap ini. yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
Pengawas tim selama fase ini mungkin lebih mudah diakses, tetapi cenderung tetap patokan dalam bimbingan pengambilan keputusan dan perilaku profesional. Anggota tim itu akan menyelesaikan perbedaan mereka dan anggota akan dapat berpartisipasi dengan satu sama lain lebih nyaman, yang ideal adalah bahwa mereka tidak akan merasa bahwa mereka sedang dihakimi, dan karena itu akan berbagi pendapat dan pandangan.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bias saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Tahap-tahap perkembangan konflik:1. Disagreement
perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
minor
2. Confrontation
dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)
dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).
3. Escalation
pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka
memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.
4. Deescalation
berkurang atau menurunnya konflik anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.
Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya
5. Conflict Resolution
tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya.
Penyebab Konflik
Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konsepsual Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu:
- Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai.
- Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai.
- Ketidak tepatan status suatu masalah.
- Perbedaan persepsi.
- Konflik hirarkis, adalah konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
- Konflik fugsional, adalah konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
- Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf.
- Konflik formal-informal, adalah konflik antara organisasi formal dengan organisasi informal.
Faktor penyebab konflik
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Sumber : wikipedia dan wartawarga